Kehidupan Manusia Pada Masa
Praaksara
3. Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia
a) Religious
Masyarakat
praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib. Mereka
mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap,
laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau
mahluk ghaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan,
petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh
halus atau makhluk gaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau
makhluk gaib harus selalu dipuja. Kepercayaan roh halus ini disebut dengan Animisme.
Selain
percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak
atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib,
karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan akan benda-benda yang memiliki
kekuatan ghaib disebut Dinamisme.
b) Gotong
Royong
Masyarakat
praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong-royong untuk kepentingan
bersama, contohnya membangun rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya
gotong-royong juga dapat dilihat dari peninggalan mereka berupa
bangunan-bangunan besar yang dapat dipastikan dibangun secara gotong-royong.
c) Musyawarah
Dalam
kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nlai
musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang dianggap
paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama.
d) Keadilan
Nilain
keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya
pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Tugas antara kaum
laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap yang adil
karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya.
e) Tradisi
bercocok tanam
Salah
satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan
hidup adalah bercocok tanam.
Hal
ini dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung
persegi dan alat lainnya.
f) Tradisi
Bahari
Masyarakat
praaksara telah mengenal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat membantu saat mereka
berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu
cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik
adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar
perahunya tidak mudah oleng.
0 comments:
Posting Komentar
Komentar teman-teman semua sangat berarti buat Blog ini.