Kehidupan Masyarakat pada Masa
Islam
4.
Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Kerajaan-kerajaan
Islam dikenal dengan sebutan kesultanan dan rajanya disebut sultan. Kesultanan
Islam di Indonesia diperkirakan mulai lahir sejak abad ke-13 M. Berikut ini
akan dibahas beberapa kesultanan Islam yang ada di Indonesia.
a) Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan
Samudera Pasai berdiri antara tahun 1270 – 1275 M. Letaknya di sebelah utara
Perlak di daerah Lhokseumawe (sekarang pantai timur Aceh) dan berbatasan
langsung dengan Selat Malaka. Sultan yang pernah memerintah Samudera Pasai
antara lainadalah Sultan Malik as-Shaleh, Sultan Malik at-Thahir, dan Sultan
Mahmud Malik az-Zahir.
Sumber
sejarah Kesultanan Samudera Pasai antara lain diperoleh dari batu nisan Sultan
Malik al-Saleh yang berangka tahun 696 H atau 1297 M, catatan Marcopolo
(seorang pedagang dari Venesia) yang singgah di Perlak tahun 1292 M, dan
catatan Ibnu Batutah (seorang penjelajah dari Maroko) yang pernah singgah di
Samudera Pasai tahun 1345 dan 1346M. Perekonomian masyarakat Samudera Pasai
tergantung dari perdagangan. Letaknya yang berdekatan dengan Selat Malaka
dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi. Banyak pedagang dari berbagai negara
seperti Cina, Arab, Persia, Siam, Turki, Gujarat dan lainnya yang berlabuh di
pelabuhanSamudera Pasai.
b) Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan
Aceh didirikan pada tahun 1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Berdasarkan
berita Portugis, Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali
Mughayat Syah berhasil memasukkan kerajaan Daya ke dalam kekuasaan Aceh
Darussalam pada tahun 1520 M. Kemudian Pedir dan Samudera Pasai ditaklukkan
pada tahun 1524 M. Kesultanan Aceh Darussalam menyerang kapal Portugis di bawah
komandan Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh. Pada Tahun 1529 M kerajaan Aceh
mengadakan persiapan untuk menyerang Portugis di Malaka, tetapi tidak jadi
karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada tahun 1530 M.
Kesultanan
Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang
memerintah tahun 1607-1636 M. Kesultanan Aceh berhasil menguasai daerah-daerah
di pesisir timur dan barat Sumatra, serta pesisir barat Semenanjung Melayu,
seperti Johor dan Pahang. Pada tahun 1629 M, Sultan Iskandar Muda berupaya
merebut Malaka dari Portugis.
Namun
upayanya gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul.
c) Kesultanan Demak
Kesultanan
Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Kesultanan ini
didirikan sekitar abad ke-15 M oleh Raden Patah yang merupakan keturunan Raja
Brawijaya V, raja terakhir dari kerajaan Majapahit.
Awalnya
Demak merupakan wilayah dari kerajaan Majapahit.Seiring dengan kemunduran
Majapahit, Demak menjadi kawasan mandiri yang kemudian menjadi sebuah
kesultanan. Wilayah-wilayah di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam
berada di bawah pengaruh Demak. Pengaruh Kesultanan Demak kemudian meluas ke
Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi.
Kehidupan
ekonomi masyarakat Demak bersumber pada pertanian, perdagangan dan pelayaran.
d) Kesultanan Banten
Sebelum
menjadi sebuah kesultanan, Banten sudah berkembang menjadi kota pelabuhan
penting di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada tahun 1526 M, Fatahillah dari
kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari kerajaan Sunda. Perebutan
kekuasaan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerjasama politik dan ekonomi
antara kerajaan Sunda dan Portugis. Fatahillah kemudian mendirikan benteng
pertahanan yang bernama Surosowan yang kelak menjadi pusat pemerintahan kesultanan
Banten. Selain membangun benteng pertahanan, Fatahillah juga mengembangkan Banten
menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Banten kemudian tumbuh
menjadi kota perdagangan. Ketika kesultanan Demak mengalami kemunduran, Banten
akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak.
Kesultanan
Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa
tahun 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, perekonomian Banten semakin
berkembang. Pedagang-pedagang asing seperti, Arab, Gujarat, Persia, Turki,
Cina, Jepang, dan Eropa berlabuh di Banten.
e) Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)
Kesultanan
Makassar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Sulawesi Selatan. Kesultanan
Makassar berawal dari kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo. Kedua kerajaan ini
kemudian bergabung menjadi satu di bawah pimpinan raja Gowa. Adapun raja Tallo
menjadi mangkubumi.Setelah menganut Islam, kerajaan tersebut menjadi Kesultanan
Makassar. Kesultanan Makassar kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan di
Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan letak Makasar yang strategis dan
menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku sehingga ramai
dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.
Kesultanan
Makassar mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin
tahun 1653–1669 M. Ia berhasil membangun Makassar menjadi penguasa jalur
perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur.
Pada
tahun 1660 M, terjadi perang Makassar. Perang ini disebabkan oleh persaingan
antara kesultanan Makassar dan kerajaan Bone yang mendapat dukungan dari VOC
Belanda. Selain itu perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut
Makasar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli
perdagangan juga menjadi terjadi penyebab perang Makassar. Dalam perang ini
kesultanan Makassar mengalami kekalahan dan terpaksa menanadatangani perjanjian Bongaya yang sangat merugikan kesultanan Makassar.
f) Kesultanan Mataram
Kesultanan
Mataram merupakan kesultanan Islam yang didirikan oleh Sutawijaya pada tahun
1575 M. Sutawijaya kemudian menjadi sultan Mataram yang pertama dengan gelar
Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Sutawijaya kemudian
digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang memerintah tahun
1601-1613 M. Mas Jolang kemudian digantikan oleh putranya Mas Rangsang yang
memerintah tahun 1613-1645 M. Mas Rangsang terkenal dengan nama Sultan Agung.
Pada
masa perintahan Sultan Agung kesultanan Mataram mencapai puncak kejayaan. Dalam
bidang politik, Mataram berhasil memperluas kekuasaan ke berbagai daerah di
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat termasuk Banten. Dalam bidang
ekonomi, Mataram berkembang menjadi negara agraris. Hasil utamanya adalah
beras. Selain itu, Mataram juga menghasilkan kayu, gula, kelapa, kapas, dan
palawija.Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan, ukir, dan lukis mengalami
perkembangan.Hal ini terlihat dari gapura, istana, dan tempat ibadah
peninggalan kesultanan Mataram.
Kerajaan Mataram kemudian dipimpin oleh
puteranya Amangkurat I (1647-1677). Pada masa pemerintahannya Mataram mengalami
kemunduran karena masuknya pengaruh Belanda. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh
Belanda untuk menguasai tanah Jawa yang subur, Belanda berhasil memecah belah
Mataram.
Pada
tahun 1755 M, dilakukan Perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram
menjadi dua wilayah kerajaan, yaitu: Daerah kesultanan Yogyakarta dan Daerah Kasunanan
Surakarta.
g) Kesultanan Ternate dan Tidore
Masuknya
Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15 M,
para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam di Maluku. Dari
sini muncul empat kesultanan Islam, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Pada saat kesultanan-kesultanan tersebut berkuasa, masyarakat muslim di Maluku
sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Maluku
terkenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti pala dan cengkeh dan
menjadi pusat perdagangan.
Pada
1521 M, Portugis memasuki Maluku dan bekerjasama dengan Ternate. Tidak lama
kemudian Spanyol memasuki Maluku dan bekerjasama dengan Tidore. Kedatangan
kedua bangsa Eropa tersebut makin memperuncing keadaan hingga terjadi
perseteruan empat pihak, yaitu Ternate-Portugis dengan Tidore-Spanyol. Perseteruan
ini dapat diselesaikan melalui Perjanjian
Saragosa. Berdasarkan isi perjanjian, Spanyol harus meninggalkan Maluku.
Pada
tahun 1575 M, benteng Portugis di Ternate direbut, kemudian Portugis berhasil
diusir dari bumi Maluku. Bebasnya Maluku dari bangsa asing tidak berlangsung
lama. Pada Tahun 1605 M, VOC Belanda menduduki Ambon dan berusaha menguasai
Maluku. Belanda mendapat perlawanan sengit dari rakyat Maluku, diantaranya
adalah perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Nuku dari Tidore.
h) Kesultanan Banjar
Pada
awal abad ke-16 di Kalimantan Selatan terdapat tiga kerajaan, yaitu Nagara
Dipa, Nagara Daha, dan Banjar. Raja Kerajaan Banjar bernama Raden Samudra. Ketika
Nagara Daha menyerang Kerajaan Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer
kepada Kesultanan Demak. Raden Samudra berjanji jika Kesultanan Demak membantu
berperang melawan Nagara Daha, ia bersama seluruh rakyatnya akan masuk Islam. Demak
memenuhi permintaan itu. Dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar menang melawan
Nagara Daha. Sesuai dengan perjanjian, seluruh rakyat Banjar masuk Islam. Kemudian
Raden Samudra dinobatkan oleh Sunan Kudus menjadi Sultan Banjar yang pertama
dengan gelar Sultan Suryanullah atau Sultan Suryansyah. Ia memerintah pada
tahun 1526 – 1545 M. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada awal abad
ke-17 M.
Dalam bidang politik, kesultanan Banjar berhasil menghimpun kekuatan militer yang kuat hingga mampu membendung pengaruh politik dari Tuban, Arosbaya (Madura), dan Mataram. Dalam bidang ekonomi, perdagangan kesultanan Banjar menjadi maju dengan lada sebagai komoditas utama.
Kesultanan Banjar mengalami kemunduran setelah masa pemerintahan Sultan Adam Al Wasik billah tahun 1857 M. kemunduran ini disebabkan oleh campur tangan Belanda dalam pergantian sultan-sultan Banjar.
Sumber:
Iwan
S dkk. 2016.Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang,
Kemdikbud
https://geograpik.blogspot.com/2020/03/masyarakat-indonesia-pada-masa.html
0 comments:
Posting Komentar
Komentar teman-teman semua sangat berarti buat Blog ini.